Wartapostnews.com | Seperti yang dikatakan oleh Hendra Prayoga Wakil Ketua KO-WAPPI DPD KOTA BANDAR LAMPUNG Tentang Diklat Jurnalis Tingkat Dasar Yang Dilaksanakan pada hari senin 25/07/2022.
Unruk Latar belakang Jurnalistik merupakan suatu keterampilan atau kegiatan
mengelola bahan berita, mulai dari peliputan sampai pada
penyusunan yang layak disebarluaskan kepada
masyarakat secara rutin setiap hari, melalui surat kabar, Media Masa
dan majalah.
Bagi wartawan atau jurnalis, memahami
ilmu dan teknik jurnalistik tentu merupakan hal yang
mutlak.
Namun demikian, masyarakat pembaca, sangat penting mengenal dan memahami jurnalistik agar tidak menjadi objek pasif media massa.
Untuk merealisasikan hal tersebut di atas Kami Selaku KO-WAPPI (KOMITE WARTAWAN PELACAK PROFESIONAL INDONESIA) memandang perlu
menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar ini,
Tema kegiatan : "Tingkatkan Potensi Jurnalis"
Sasaran : Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar adalah mencari,
mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada
publik melalui media massa secara akuntabel, agar mampu
memahami kode etik jurnalistik, menerapkan Bahasa
Indonesia, menggali ide berita dan teknik reportase
wawancara, tehnik penulisan berita, mengimplementasikan
penulisan berita, editing atau penyuntingan naskah, foto
jurnalistik serta melakukan jurnalistik online.
DASAR HUKUM :
Dasar hukum dalam pelaksanaan penyelenggaran Pelatihan
Jurnalistik Tingkat Dasar sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers;
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
Manfaat pelatihan : Pertama, berpikir holistik.
Ketika seseorang menulis berita, ia dituntut untuk memberikan informasi yang lengkap mengenai unsur-unsur berita. kedua berpikir kreatif.
Seringkali dalam satu peristiwa ada banyak media atau wartawan yang meliput.
Agar berita yang diterbitkan tidak terkesan sama dengan media lain, seorang jurnalis perlu berpikir kreatif. Mencari sudut pandang (angle) tertentu yang unik.
Ketiga, berpikir kritis. Seorang jurnalis yang baik tidak mudah percaya begitu saja ucapan narasumber. Ia perlu melakukan validasi informasi, baik dengan melakukan cross-check pada narasumber lain, observasi, maupun dengan melakukan studi literatur.
Keempat, melatih keingintahuan dan empati.
Tanpa keingintahuan, seseorang akan sulit menemukan potensi-potensi berita. Dan tanpa empati, berita yang ia tulis akan cenderung kurang “hidup”.
Jurnalis yang baik memiliki keingintahuan tinggi pada setiap hal, dengan mencari tahu maka ia menemukan informasi-informasi baru yang bagus untuk diberitakan. Jurnalis yang empati, akan menemukan aspek-aspek kemanusiaan yang juga kuat untuk menciptakan berita yang menggugah.
Kelima, membentuk hubungan baik.
Tidak mungkin seorang jurnalis bisa memberitakan banyak peristiwa jika ia tidak punya banyak relasi. Ia bertemu dengan orang-orang baru, punya kenalan baru sebagai sumber berita sekaligus menjaga hubungan baik dengan sumber berita lain yang sudah ia kenal sebelumnya.
Ketujuh, bersikap obyektif. Meski jurnalis berhubungan baik dengan sumber berita, ia tetap harus obyektif.
Dalam arti pemberitaannya faktual, tidak melakukan pemutarbalikan fakta.