Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

100/recent/ticker-posts

Ada Apa ! Diduga Proyek Pembangunan Rumah Apung Terkesan Siluman Dan Tidak Jelas Dalam Perbaikannya, Di Pantai Padada Desa Sumur Ketapang Lamsel




Wartapostnews | Kabupaten_Lampung_Selatan - Berdasarkan pantauan Wartawan Media Online Wartapost ini bersama Team yang berkunjung di pantai Padada Desa Sumur Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, dan menemukan Kejanggalan kejanggalan dalam Proyek yang tidak terang alias Proyek Siluman, yaitu dalam pembangunan Proyek Rumah Apung di Desa tersebut Diduga tidak menggunakan atau dipasang papan informasi publik (papan plang banner) serta dalam perawatan nya pun tidak ada hingga saat ini, sejak di bangun dari tanggal 16 Februari 2022, dan sudah menepi karena rusak berat di pantai tersebut selama 4 bulan terakhir ini, Kamis (29/9/2022).




Menurut keterangan narasumber yang ada di lokasi, saat ini Rumah Apung di pantai tersebut dalam keadaan rusak berat dan mangkrak/terbengkalai di tepi pantai tersebut tidak ada perbaikan dari Pihak-pihak terkait, serta ada dugaan penyelewengan dan pengondisian anggaran dana proyek tersebut diselenggarakan pada Tahun 2022.


Dikarenakan dari pihak Bos Proyek Rumah Apung itu secara tidak langsung menipu dan lari dari tanggung jawab, yaitu dengan memakai Dalil Bahasa talangkan dulu pakai dana Bapak Rusli selaku perintis pantai padada desa sumur tersebut dengan nilai dana kisaran Rp.16.10.000.00 (enam belas juta sepuluh ribu rupiah) lebih, yang terpakai untuk keperluan dalam proyek rumah apung itu sendiri seperti pembelanjaan Bahan-bahan material dan keperluan Lain-lainnya, namun sampai saat ini dari pihak Bos Proyek itu tidak pernah muncul dan berkoordinasi kembali terhadap Bapak Rusli, setelah rumah apung itu berdiri dan pergi tanpa permisi serta dana Bapak Rusli hingga saat ini tidak dikembalikan.

Oleh sebab itu, Rusli mengatakan keluh kesah nya bahwa, "ya mereka itu (si pemborong proyek) masuk kesini dengan cara tiba tiba dan tanpa sepengetahuan saya, atau tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan saya, karenakan saya selaku perintis awal mulanya pantai  padada ini gitu, dan inikan bekas pelelangan ikan dulu, dan saya buka selama 9 tahun, namun karena sedang mengalami wabah penyakit corona dulu, maka dibilang bangkrut ya bangkrut, maka setelah itu saya alihkan untuk membuka pantai bernama padada," ungkapnya.

Lanjut dia, "jadi kalau yang namanya Ketua Pokdarwis itu, saya anggap itu memang sudah tidak ada, karena waktu itu pas 2 hari lagi mau tahun baru dulu, di 2022 kemarin itu dia datang kesini memasang tarif disini ini kisaran nilai Rp 25 ribu untuk bayar 1 unit saung (gardu) atau pondok di pantai ini, disetiap pengunjung datang berwisata, jadi di tempel nama yaitu Dik Padada Dolar, jadi sebenarnya enggak ada dolar dolar disini seharusnya," cetusnya.

Tambah dia, "karena yang merintis nya pantai ini saya, kok suaranya nama dia (si pokdarwis) itu, dan dulu sempat saya pertanyakan dan saya menyampaikan pendapat saya yaitu, saya bilang ke mereka, kalau ini warung atau rumah apung ini sudah selesai, tolong dipasangkan plang papan informasi publik saya bilang begitu ke pihak pemborong proyek ini, karena saya bertanya ke mereka itu, ini dari PT mana yang memberikan dana, dan namanya apa, habis nya dana berapa, dan sisanya berapa, tolong dipasang plang saya sampaikan gitu dulu, nah semenjak itu dia (ketua pokdarwis) enggak muncul muncul lagi yang namanya Edi itu," ujarnya.

Maka Ia tambahkan lagi, "yang namanya Edi Dolar itu yang beralamat domisilinya di Desa Klawi kecamatan bakauheni kabupaten lampung selatan, karena Edi Dolar itu tau tau sudah jadi selaku ketua pokdarwis disini dulu, tanpa ada koordinasi dan dia bikin bikin izin juga saya enggak tau itu izin darimana itu, tanpa musyawarah tanpa koordinasi dengan siapa engak tau saya, orang dia main masuk masuk aja, dan ini setiap saung gardu di tempel nama dolar, sebenarnya enggak ada nama nama seperti itu disini ini (Pantai Padada), intinya dulu pernah saya pertanyakan kejelasan dalam hal proyek ini, tapi setelah itu menghilang dan sampai sekarang tidak ada kabar lagi, ketika saya minta penjelasan itu, dan saya juga bertanya kepada pak kepala desa sumur ini tapi jawabanya ya remang remang juga kesannya, karena dalam proyek ini tidak melibatkan desa," keluhnya.

Disamping itu, Rusli juga mengungkapkan keluh kesahnya dalam uang yang ia talangi tidak kunjung dikembalikan oleh pemborong proyek tersebut, "awal mulanya dulu, Edi Warung Apung itu di telpon oleh Rangga selaku Bos yang dari Bandar Lampung itu, dan dia katakan kepada saya, pak rusli katanya Rangga itu, ini warung apung sudah serah terima pak katanya, terus saya jawab kapan, ya kata Rangga itu ya sebelum tahun baru.

"Nah saya bilang ke pak rangga itu, warung apung saat ini saya bilang saat ini sudah terdampar, sudah rusak dan hancur, dan jadi ketika itu rumah apung atau warung apung ini sudah jadi, tidak ada serah terima atau penyerahannya kepada siapa gitu, jadi orang orang itu langsung spontan main pergi aja semua gitu, padahal proyek ini ada nama menyangkut instansi pemerintah gitu, yaitu dari Dinas Pariwisata Provinsi, akan tetapi tidak ada satu pun yang saya lihat dari dinas muncul dan meninjau kesini, pokok nya entah proyek ini sudah selesai apa belum dulu itu, semua itu hilang semua orang orang itu, dari rangga hilang semua pokok nya, bahkan yang tependam uang saya pribadi pun ikut terpendam disitu tertotal Rp 18 juta rupiah jumlah total semuanya, tetapi nota yang ada di saya ini sekarang 16 juta, dan nota yang kecil kecil nya mereka yang membawa lari notanya, dan tidak di ganti atau di kembalikan, untuk pembangunan rumah apung itu.

"Karena kronologis nya uang saya dipakai mereka dulu itu, pak katanya ngomong ke saya, tolong di talangi dulu ya katanya, ya ketika kurang tali, kurang paku, pas bayar tukang juga disuruh talangi, ya saya talangi juga, dan setelah jadi menghilang semua, dan ada notanya ini lengkap, intinya uang saya itu terpakai oleh mereka senilai jumlah kisaran 18 juta rupiah saya ditipu tidak dikembalikan.

"Untuk pembuatan rumah apung itu, dan bagi saya uang senilai itu besar pak bagi saya, kemudian juga seharusnya dari dinas pariwisata provinsi itu meninjau kesini, karena inikan mereka mengatas namakan dinas pariwisata provinsi, seharusnya mengontrol dan meresmikan, tapi ini tidak ada, bahkan dulu itu juga pernah ada yang datang menanyakan proyek dari mana ini pak katanya ke saya, saya katakan enggak tau juga saya, karena mereka membangun tanpa melalui saya awalnya saya bilang gitu kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan waktu itu, sehingga saya bilang juga ke mereka itu (Dinas Pariwisata Lamsel), dan karena saya tau nya dengan mereka si pemborong itu, tau taunya sudah membangun, dinas pariwisata kabupaten lamsel kita ini, akhirnya bukan pernah berkunjung kesini lagi bahkan sudah sering dan berkali kali berkunjung kesini, berarti kan ada dugaan indikasi keterlibatan dalam hal pembangunan proyek rumah apung ini juga gitu, walaupun sebatas hanya mengetahui, lalu kenapa tidak ditindak lanjuti dalam proyek wisata ini.

"Bahkan mereka awalnya datang meninjau pantai padada ini di dampingi ada Polisi, ada Kadus, ada RT, bahkan Kades setempat, ada juga saya lihat waktu itu, tapi saya tanya ada apa, malah mereka jawab enggak tau apa apa katanya, karena alasannya cuma di undang kesini katanya mereka itu, karena dulu juga kata pak nando itu tolong pak dibantu sekuat mungkin, dan itu bukan dari pak nando aja yang ngomong begitu, dari pemborongnya juga bilang begitu katanya kalau ada apa apa kekurangan para tukang, coba pak katanya talangi dulu pakai uang bapak rusli, nanti saya ganti katanya pak nando itu, ya awalnya lancar, cuma lama kelamaan mampet semua itu akhir nya, dan proyek rumah apung ini dari Bandar Lampung rombongannya pak nando itu, kalau yang dari natar itu pak Kiki, pokoknya yang pertama awal datang kesini itu dulu ada 3 orang, yaitu pak Edi Dolar, Soni, dan Kukuh, tapi setelah selesai hilang semua mereka itu satu persatu," terangnya.

Lanjut, "Singkat cerita, jadi orang yang dari natar itu berikut para tukang proyek (yang memborong proyek) itu, tinggal di rumah saya dan semua saya tanggung, dari makan minum dan tidur dirumah saya, saya tanggung dan jamin mereka itu, enggak saya pungut bayar enggak selama lebih dalam 1 bulan, karena saya itu kepengen jadi lah pembangunan proyek rumah apung ini, serta ke inginan untuk ramai dikunjungi para wisatawan dalam negri ini, yang penting pengunjung mau masuk ke pantai ini jangan ada rasa ketakutan, kemudian untuk sementara ini tolong di sebarkan juga bahwa, pantai padada ini sudah bebas dibuka tanpa ada pungutan apapun semuanya, dan tanpa ada pungutan biaya parkir apapun, artinya untuk sementara ini semua kita gratis kan," pungkasnya.

Hari Kamis Tanggal 29 September Tahun 2022 pada pukul 09:47 WIB, Wartawan Media Online Wartapost ini berupaya untuk berkoordinasi dan mengkonfirmasi melalui Via Chat Whatsapp kepada Bapak Nando selaku pelaksana proyek Rumah Apung yang tidak ada kejelasan dalam pembangunannya itu, sampai berita ini Terbit belum juga ada jawaban dari pelaksana proyek tersebut.(AI/Red)