Banjar,- Upaya penanganan stunting di Kota Banjar kini semakin kuat berkat sinergi antara Polres dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari kerjasama Kepolisian Daerah Jawa Barat (Kapolda Jabar) dengan IDI Provinsi Jawa Barat.
Kapolres Banjar AKBP Danny Yulianto, S.I.K.,M.H. menekankan bahwa program ini sudah mulai berjalan dan mendapat perhatian serius.
Fokus utama dari inisiatif ini adalah anak balita yang mengalami stunting dan ibu hamil dengan risiko tinggi.
“Kami memulai program ini dengan menargetkan empat kecamatan utama. Setiap kecamatan memiliki satu desa dengan angka stunting yang cukup tinggi.
Kami melihat adanya perbaikan kondisi pada balita, serta kehamilan yang lebih lancar pada ibu hamil,” jelas Kapolres Banjar ditemui saat kegiatan penanganan stunting di Puskesmas Purwaharja 2. (18/07/2024)
Program ini mencakup lebih dari sekadar intervensi medis. Edukasi dan pendampingan bagi keluarga yang terdampak juga menjadi bagian penting.
"Kami memberikan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya gizi seimbang dan perawatan kesehatan yang tepat.
Langkah ini sangat krusial dalam mencegah dan mengatasi stunting," tambahnya.
Pemerintah Kota Banjar mendukung penuh inisiatif ini. IDI Kota Banjar Fuad Hanif menyatakan bahwa kerjasama ini adalah contoh nyata sinergi.
Antara berbagai pihak dapat menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat dengan lebih efektif.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari Polres Banjar, Kolaborasi ini membuktikan bahwa kita bisa menghadapi tantangan kesehatan masyarakat dengan lebih baik,” kata dr. Fuad Hanif.
Keterbatasan sumber daya menjadi tantangan terbesar dalam pelaksanaan program ini.
Kapolres Banjar mengakui bahwa tenaga, peralatan, dan waktu adalah hambatan yang harus diatasi.
“Kami menjalankan program ini secara bertahap. Setelah Desa/Kelurahan prioritas dalam tiga bulan pertama tertangani, kami akan berpindah ke wilayah lainnya,” jelasnya.
Meski menghadapi kendala, optimisme tetap tinggi.
Fokus utama dari inisiatif ini adalah anak balita yang mengalami stunting dan ibu hamil dengan risiko tinggi.
“Kami memulai program ini dengan menargetkan empat kecamatan utama. Setiap kecamatan memiliki satu desa dengan angka stunting yang cukup tinggi.
Kami melihat adanya perbaikan kondisi pada balita, serta kehamilan yang lebih lancar pada ibu hamil,” jelas Kapolres.
IDI Kota Banjar Fuad Hanif menyatakan bahwa kerjasama ini adalah contoh nyata sinergi.
Antara berbagai pihak dapat menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat dengan lebih efektif.
“Kami menjalankan program ini secara bertahap. Setelah Desa/Kelurahan prioritas dalam tiga bulan pertama tertangani, kami akan berpindah ke wilayah lainnya,” jelasnya.
Kapolres Banjar berharap program ini bisa terus berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi penanganan stunting di Kota Banjar.
“Kami berharap, dengan kerjasama yang baik antara Polres, Ikatan Dokter, dan Pemerintah Kota, masalah stunting dapat tertangani dengan efektif.
Kami ingin memberikan masa depan yang lebih sehat bagi generasi penerus kita,” tuturnya.
Kerjasama ini tidak hanya menyoroti pentingnya penanganan stunting. Tetapi juga menunjukkan bagaimana sinergi antara kepolisian dan tenaga medis dapat membawa perubahan.