Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng, Yunita Dyah
Suminar menyampaikan, dalam Perpres 72 Tahun 2021, Strategi Nasional (Stranas)
dalam upaya percepatan penurunan stunting, salah satunya adalah tercapainya
imunisasi dasar lengkap bagi anak berusia di bawah lima tahun.
Ditambahkan, pandemi Covid-19, mengakibatkan pelaksanaan
imunisasi rutin tidak dapat berjalan dengan optimal. Data beberapa tahun
terakhir, menunjukkan terjadinya penurunan cakupan imunisasi rutin, baik
imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan, yang cukup signifikan.
“Dampak dari penurunan cakupan tersebut dapat kita lihat
dari adanya peningkatan jumlah kasus PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi), dan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I, seperti campak,
rubela, dan difteri, di beberapa wilayah,” kata Yunita.
Menurutnya, upaya penting dalam mencapai eliminasi
campak-rubela/CRS, selain penguatan imunisasi rutin, juga dengan melaksanakan
pemberian imunisasi tambahan campak rubela. Dia menerangkan, selain itu juga
dilaksanakan pemberian imunisasi Human Papiloma Virus (HPV) untuk mencegah
terjadinya penyakit kanker servic yang sifatnya massal, dan tanpa memandang
status imunisasi sebelumnya bagi sasaran prioritas yang telah ditetapkan.
Yunita menuturkan, untuk menekan KLB PD3I dibutuhkan upaya
kolaboratif terintegrasi, yang dapat mengharmonisasikan kegiatan imunisasi
tambahan dan imunisasi kejar, guna menutup kesenjangan imunitas di masyarakat.
Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan BIAS.
Kegiatan BIAS, terangnya, adalah upaya pemberian imunitas
rutin yang dilakukan secara terintegrasi, meliputi kegiatan imunisasi tambahan
berupa pemberikan satu dosis imunisasi campak-rubela secara massal, tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya kepada sasaran kelas 1 anak sekolah dasar
(SD) sederajat.
Selanjutnya, kegiatan BIAS juga meliputi kegiatan imunisasi
tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi HPV, yang diberikan pada sasaran
anak perempuan di kelas 5 dan 6 SD, atau sederajat. Tidak hanya itu, BIAS juga
meliputi kegiatan imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosiss imunisasi DT
untuk sasaran kelas 1 SD sederajat, dan imunisasi Td untuk sasaran semua anak
kelas 2 dan 5 SD atau sederajat.
“Masyarakat bisa memanfaatkan itu. Anak-anaknya bisa dikasih
tahu untuk bisa mengikuti,” ujar Yunita.
Untuk imunisasi dasar lengkap, beber dia, pihaknya
mengupayakan percepatan pemenuhan target melalui imunisasi Kejar.
“Tentu ini adalah upaya kita untuk mengedukasi masyarakat,
berkaitan dengan imunisasi. Karena sebetulnya ada PD3I. Kalau dia (anak)
imunisasi, maka harapannya anak tidak kena penyakit,” tuturnya.
Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Jateng Shinta Nana Sudjana
menyampaikan, BIAS adalah kegiatan nasional, meliputi pemberian imunisasi pada
anak usia SD/MI sederajat, yang dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada
Agustus untuk imunisasi Campak Rubela (MR) dan HPV, serta pada November untuk
imunisasi DT dan TD.
“Untuk capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) melalui laporan
online Aplikasi Sehat Indonesiaku (Asik) dari Januari-Juni 2024 baru mencapai
38,62%, dan baru lima kabupaten/ kota yang sudah mencapai target IDL, yaitu
Kabupaten Batang, Kota Semarang, Kota Tegal, Kabupaten Demak, dan Kota
Salatiga,” tuturnya.
Untuk kabupaten/ kota yang belum mencapai target, Shinta
minta agar melakukan imunisasi kejar dan sweeping. Sedangkan capaian imunisasi
pada anak sekolah dasar di Jawa Tengah pada 2023 sudah mencapai target di atas
95%.
Dia menuturkan, imunisasi dapat berjalan dengan baik dan
berhasil dengan baik, apabila ada peran dukungan dan fasilitasi dari berbagai
pihak, baik dari sektor pemerintah maupun sektor nonpemerintah, LSM, dan mitra
kerja.
“Untuk itu, saya minta, kita semua dapat bersinergi guna
menyukseskan BIAS dan Imunisasi Kejar, bersinergi dengan BKKBN melalui inovasi
Population Clock, yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat dan
pengambil kebijakan dalam pembangunan berwawasan kependudukan,” ujarnya.
Diterangkan, Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah siap
mendukung setiap upaya menyehatkan anak melalui program Imunisasi dan inovasi
Population Clock. Shinta juga berharap Tim Penggerak PKK Tingkat Kabupaten/Kota
se-Jawa Tengah dapat dilibatkan, bersinergi dengan lintas sektor terkait, agar
bisa terus memberikan dukungan dalam menyukseskan program tersebut.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN RI Bonivasius
Prasetya Ichtiarto mengatakan, tema Population Clock diangkat agar masyarkat
bisa tahu setidaknya jumlah penduduk. Jika sudah tahu, isu selanjutnya bisa
masuk seperti isu pendidikan, kesehatan, stunting, dan lainnya.
“Ketika masyarakat, termasuk pemerintah, mulai peduli dengan
isu kependudukan, ketika mereka merencanakan pembangunan di daerah
masing-masing, maka kependudukan menjadi tema utamanya. Karena penduduk menjadi
objek sekaligus subjek dari pembangunan,” kata Bonivasius.
Dalam kesempatan, Shinta Sudjana memantau kegiatan BIAS.
Shinta terlihat menyemangati anak-anak agar tidak khawatir atau takut.
“Biasa saja tidak sakit. Tidak nangis. Fungsinya kan untuk
mencegah kanker serviks,” ungkap Amira Azalea Febiyanti, siswi SDN Pleburan 02
Semarang. (Ak/Ul, Diskominfo Jateng)